Selasa, 06 September 2011

FILM IP MAN: HARMONI DI TENGAH JALAN KERAS

Kalau ada film yang menyabet penghargaan sebagai Best Film dalam Hong Kong Film Awards. Jagoannya rendah hati, lemah lembut lagi penyayang keluarga. Namun dalam senyatanya memiliki murid yang terkenal di penjuru dunia, Bruce Lee. Anda akan bisa temukan dalam film Ip Man karya sutradara Wilson Yip. Dengan latar belakang budaya negeri Cina tahun 1930an yang masih kental dengan perguruan beladirinya, harmoni keluarga masih belum menjadi hal lumrah. Malah tak jarang justru diartikan sebagai sikap suami takut istri. Mana ada pendekar kungfu takut pada istri? “Bukan masalah takut kepada istri,” ujar Ip Man (dibaca Yip Man). “Tapi saling menghargai.....”
Yip Man (Donnie Yen) adalah seorang pendekar kungfu nomor satu yang tidak memiliki perguruan beladiri. Di tengah kota Foshan yang bertaburan dengan perguruan kungfu, Yip Man memilih hidup menjaga harmoni keluarga dengan cara tidak memiliki perguruan kungfu. Meski demikian, tak urung masih ada saja ketua perguruan kungfu lain yang menantang bertarung dengannya. Tentu saja dengan mudah Yip Man dengan Wing Chun-nya mudah saja menundukkan mereka satu demi satu. Namun dasar pendekar sejati yang rendah hati, setiap kali mengalahkan lawan-lawannya, Yip Man selalu menjaga nama baik lawannya agar tidak jatuh di mata orang banyak.
Hidup bahagia dengan harmoni adalah dambaan setiap manusia. Namun apa daya manusia juga memiliki sikap angkara murka. Tatanan peri kehidupan tercabik-cabik dengan datangnya imperialisme Jepang ke Cina. Di mana-mana imperialisme selalu menyisakan kesusahan dan kepedihan belaka. Termasuk keluarga Yip Man yang sebelumnya hidup secara terhormat, sekarang harus menjalani kehidupan sehari-hari sama sulitnya dengan orang lain. Demi segenggam beras Yip Man bekerja sebagai buruh kasar, meski pada akhirnya lebih sering membawa pulang ketela rebus bukannya segenggam beras.
Rakyat rela mempertaruhkan apa saja untuk mendapatkan beras. Bisa berkolaborasi dengan pihak militer Jepang seperti yang dilakukan oleh Li Zhao, seorang mantan opsir polisi. Atau bertarung dalam dojo militer Jepang sebagai pertukaran bela diri. Namun tak jarang, para pendekar bela diri Cina ini justru menemui ajalanya di sini seperti yang dialami oleh Guru Liu dan Wu Che Lie sahabatnya. Rakyat serasa kehilangan arah. Mereka tidak tahu harus berbuat apa. Harus ada seseorang yang mampu menyatukan dan memotivasi mereka kembali.
Dan tanpa disadari ketika Yip Man mulai melatih buruh-buruh di pabrik benang, telah memunculkan keberanian dan rasa persatuan penduduk Foshan. Mereka bukan hanya berani melawan rombongan kecu yang meminta uang pungutan kepada mereka, namun perlahan-lahan muncul keberanian melawan imperialisme Jepang.
Setidaknya itulah yang terjadi tatkala Yip Man ditantang melakukan uji coba beladiri oleh Jenderal Miura di depan khalayak umum. Yip Man berhasil menundukkan Jenderal Miura, namun dari arah belakang pembantu Jenderal Miura yang bernama Sato yang temperamental, menembakkan pistolnya ke arah bahunya. Yip Man roboh dari atas panggung pertarungan, namun setelah itu justru keberanian rakyat Cina tersulut.@