Minggu, 21 Juni 2020

CARA BERPIKIR SUPRARASIONAL : MEMAHAMI PAHALA DALAM PERSAMAAN MATEMATIKA


Suatu ketika ada cerita tentang seorang kiai di daerah pesisir utara di Jawa Tengah. Ceritanya para santri beliau bermaksud memberikan hadiah kepada kiai, sebuah masjid yang layak di pondok pesantrennya. Segala upaya dilakukan oleh para santri, termasuk meminta sumbangan di pinggir jalan. Sampai akhirnya masjid bisa berdiri gagah sesuai bayangan para santri.

Namun tiba-tiba suatu hari ada beberapa orang pemilik toko material datang ke pondok menemui kiai guna menagih tunggakan pembayaran material. Kontan saja kiai kaget karena merasa tidak pernah berhutang kepada pemilik material. Usut punya usul ternyata para santri meskipun uang sumbangan belum mencukupi, mereka nekat saja mengambil material ke toko material sekitar pondok.

Minggu, 07 Juni 2020

EMHA AINUN NADJIB, LOCKDOWN 309 TAHUN : PELIPUR DI TENGAH PAGEBLUG

Begini enaknya jadi jamaah Maiyah. Di tengah masa PSBB akibat pandemic Covid-19 kita semua masih ditemani dan dihibur dengan buku yang ditulis Mbah Nun dengan judul “Lockdown 309 Tahun”. Buku ini diluncurkan di tengah masa karantina guna mencegah penyebaran virus yang sangat cepat. Masa inkubasinya pun terbilang singkat, hanya sekitar 14 hari saja. Dan Indonesia pun sedang menunggu kebenaran berbagai macam perhitungan matematis yang meramalkan penyebaran serangan Covid-19 ini. Buku ini terbit ketika orang-orang di Indonesia berdebar-debar menanti apakah benar kalau nantinya jumlah korban akan mencapai 20.000 jiwa atau 80.000 jiwa? Apakah benar kalau akhir April’20 adalah puncak penyebaran pandemic di Indonesia? Ataukah Juni? Atau bahkan September?

Jumat, 08 Mei 2020

CERITA PAGEBLUG INI


Amarah Nyai Calonarang tidak tertahankan demi mendengar putrinya Ratna Manggali ditolak oleh orang-orang desa Girah. Tidak seorang pemuda pun dari desa Girah yang bersedia melamar putri satu-satunya itu. Ini suatu pelecehan. Dan ini tidak bisa dibiarkan!

Maka Nyai Calonarang mulai merapal mantranya, mengirim kutukan ke desa:

“Teluuhhh…! Mlayuo ngalor – ngetan – ngidul – ngulon…! Biar mereka tahu siapa yang berkuasa di sini?!”

Sejak itu pageblug mulai melanda desa Girah, hingga jauh sampai ke seluruh negeri Daha….

Minggu, 10 Februari 2019

FILM BIG BROTHER : BAGAIMANAPUN JUGA KEKERASAN TIDAK MEMBAWA KEDAMAIAN

Salah satu pesan moral yang diangkat oleh film Big Brother ini adalah kekerasan tidak pernah membawa kita pada kedamaian. Henry Chen yang badung justru menemukan tujuan hidup di tengah peperangan. Logika paradoks militer yang selalu mengatakan To Secure Peace is To Prepare A War, dirasa tidak tepat olehnya. Perdamaian yang diharapkan datang setelah peperangan tidak pernah terjadi. Perang selalu saja membawa kesengsaraan. Lalu Henry Chen memutuskan untuk berhenti dari militer dan memberikan waktu bagi dirinya untuk kembali pada dunia yang tanpa kekerasan dan justru menemukan tujuan hidup. Seperti seekor burung gagak yang akan selalu kembali ke sarangnya.

Minggu, 14 Oktober 2018

FOTO

Apa yang tersisa dari masa lalu? Tanpa kita sadari semuanya terekam dalam benak kita. Kesadaran yang tiada berangsur-angsur fana, melainkan mengkristal, tersimpan, dan tersembunyi di dalam alam bawah sadar kita.

Ketika pertama kalinya aku mendengar tentang fotografi itu sekitar kelas 1 (satu) SMP. Calon kakak iparku waktu itu bercerita tentang fotografi. Kebetulan dia kuliah di jurusan Jurnalistik yang berurusan dengan berbagai macam teori dan praktek fotografi.

Kamis, 15 Februari 2018

MBAH SUKIR

Siapa nama lengkap Mbah Sukir, aku sama sekali tidak tahu. Bapak hanya menyuruhku memanggilnya Mbah Sukir. Kenapa tidak Eyang Sukir saja? Sebutan 'eyang' akan terdengar lebih ningrat. Lebih berkelas. Aku pun tidak tahu. Yang jelas bapak dan ibuku memanggilnya juga sebagai Mbah Sukir. Apalagi waktu itu usiaku baru 7 tahun, tentunya aku tidak akan sanggup memikirkan nama Mbah Sukir lebih jauh lagi. Lukas Graham saja masih mencari-cari teman di usia 7 tahunnya supaya tidak kesepian.

Sabtu, 17 September 2016

KETIKA RADEN SUMANTRI BERKHIANAT

Raden Sumantri adalah seorang kesatria, wajahnya tampan, sakti dengan senjata pemusnah angkara murka, panah Cakrabaskara. Raden Sumantri seorang kesatria, namun ia memiliki seorang adik yang buruk rupa bernama Sukrosono. Meskipun Sukrosono seorang bajang cebol, tapi dalam hal kesaktian tidak kalah dengan Raden Sumantri. Hanya karena buruk rupanyalah Sukrosono tidak diijinkan mengikuti kakaknya mengabdi kepada Prabu Harjuno Sosrobahu di Maespati.

Berbekal paras yang menawan dan kesaktian panah Cakrabaskara dengan ditambah sedikit kepandaian diplomasi tentunya bukan hal yang sulit bagi Raden Sumantri untuk bisa diterima oleh Prabu Harjuno Sosrobahu mengabdi kepadanya. Bahkan akhirnya Raden Sumantri bisa bergelar Patih Suwondo di kerajaan Maespati.

Minggu, 11 September 2016

BALADA SI ROY 2 : Cerita Remaja Lawas

Alkisah ada obral buku lama di salah satu toko buku terbesar di Indonesia, saya memborong banyak buku murah antara harga Rp.10.000,- sampai Rp.20.000,- Kebanyakan yang saya beli adalah novel-novel detektif karya Agatha Christie yang terkenal dengan Poirot-nya. Namun ada satu di antara buku yang saya ambil yaitu Balada Si Roy jilid 2 karangan Gola Gong (atau Gol A Gong). Sebuah buku lama yang terbit di tahun 2012. Meskipun ceritanya sendiripun bukan cerita baru. Cerita-cerita Gola Gong di buku ini telah diterbitkan sebagai cerita bersambung di majalah Hai pada tahun 1990an. Ini menariknya. Coba bayangkan, apa kabar di tahun 2000an membaca cerpen remaja 1990an?

Sejak tahun 1980an hingga 1990an hegemoni cerita-cerita remaja sangat dikuasi oleh majalah Hai. Nama majalah Hai itu sendiri pun mengalami beberapa transformasi. Mulai dari Majalah Remaja Hai hingga Majalah Hai. Bahkan tulisan Hai-nya juga berubah. Pernah pakai huruf kecil hai, kemudian berubah jadi Hai atau HAI. Baru gemanya benar-benar hilang setelah reformasi 1998.

Minggu, 28 Agustus 2016

SYEH ABDUL QODIR JAELANI : MENGHIDUPKAN KEMBALI TULANG BELULANG AYAM

Suatu ketika ada seorang perempuan datang menghadap Syeh Abdul Qodir Jaelani mengantarkan anaknya untuk berguru pada Syeh untuk mempelajari ilmu suluk. Syeh memerintahkan agar si anak harus belajar dengan tekun mengikuti cara-cara orang salaf dan ditempatkan di ruang khalwat.

Beberapa hari kemudian si ibu datang menengok anaknya dan dilihat tubuh anaknya itu menjadi kurus, makannya hanya roti kering dan gandum. Si ibu kemudian masuk ke ruang Syeh dan melihat di hadapannya tulang-tulang sisa makanan daging ayam yang sudah bersih.

Ibu itu berkata, "Kalau saya perhatikan, Tuan Syeh makan dengan makanan serba enak, sedang anak saya badannya kurus karena makanannya hanya bubur gandum dan roti kering, untuk hal itu apa makananya sehingga ada perbedaan?"