Selasa, 14 Oktober 2014

HIDUPNYA MAKJU (Bagian 2)

Makju yang matanya sering berkaca-kaca selalu mengatakan padaku matanya adalah mata yuyu. Yuyu adalah sejenis kepiting yang hidup di sungai dekat kampungku. Mata yuyu kelihatan seperti mata yang sedang menangis sendu. Begitu mudahnya Makju merasa terenyuh hingga dia menjuluki dirinya sebagai mata yuyu.

Jumat, 03 Oktober 2014

PANAS ASPALMU TAK SEPANAS NERAKAMU

Entah kebetulan apa yang menimpaku hari ini, seusai sholat jumat  ketika hendak pulang tak bisa kutemukan sandalku. Sandal coklat bermotif  daun hijau dan bunga-bunga sudah menjadi kesayanganku setiap pergi  jumatan. Tapi takdir hari ini membuat aku terpisah dengan sandal  kesayanganku itu. Kucari-cari ke kanan ke kiri tak juga kutemukan  sandalku. 

Haruskah kuambil sandal lain yang ada di tempat? Terlalu  berisiko. Karena aku bisa dikira pencuri sandal, meski kenyataan justru  sebaliknya. Alhasil aku harus pulang berjalan kaki tanpa alas kaki.  Nikmat nian rasanya kulit telapak kaki bersinggungan langsung dengan  aspal yang panas. Aku lompat ke tanah yang tak beraspal. Tapi rupanya  hanya sedikit tanah tersisa tak beraspal. Lalu aku lompat ke konblok,  tetap saja terasa panas. Aku berbisik dalam hati membesarkan tekadku  agar kuat berjalan pulang. Neraka pasti jauh lebih panas dari aspal  ini.......

Dalam perjalanan itu tiba-tiba aku teringat  pesan dari guru madrasah sewaktu aku kecil. Konon panas neraka jauh  melebihi panas di dunia. Api di neraka ribuan kali lebih panas dari api  di dunia. Untuk siapakah api-api itu diperuntukkan? Tentunya untuk para  pendosa yang tidak mau bertobat, demikian ujar guru. Setiap dosa dari  jiwa-jiwa pendosa ditebus dengan api-api neraka. Bahkan katanya lagi,  kalau saja para pendosa itu telah datang ke neraka, maka mereka sudah  bisa mendengar kegeramannya dan gemuruh nyala apinya dari jarak  perjalanan lima ratus tahun. Aku bergidik sambil terus berjingkat  mencari konblok yang lebih dingin.