Rabu, 07 September 2011

FILM IP MAN 2 : HARGA DIRI DI ARENA BELA DIRI

Masih ingatkah kita dengan pertarungan lintas beladiri antara Antonio Inoki dan Muhammad Ali di tahun 1976? Sentimen antar beladiri Timur dan Barat rupanya sudah berlangsung jauh sebelum itu. Dan Ip Man kembali hadir dalam sekuel ke-2 yang mengisahkan pertarungan antara Chinese Kungfu melawan hegemoni Western Boxer di Hong Kong pada tahun 1950an. Sekali lagi Wing Chun - Yip Man menjadi solusi atas harga diri beladiri negeri Tiongkok.
Kisah Ip Man 2 dimulai ketika Yip Man (Donnie Yen) sekeluarga hijrah ke Hong Kong selepas kemelut dengan militer Jepang di Foshan. Setiba di Hong Kong Yip Man mencoba mendirikan sekolah kungfu, namun rupanya nasib baik belum berpihak kepadanya. Hingga hari ke-9 belum ada calon siswa yang datang mendaftar. Akhirnya datanglah seorang anak muda menantangnya berkelahi yang akhirnya berhasil dikalahkan. Wong Leung menyerah dan menjadi muridnya.

Meski setelah itu murid-murid lain mulai berdatangan, bukan berarti masalah berhenti di situ. Selain masalah keuangan keluarganya yang belum juga membaik, Yip Man masih harus menghadapi tantangan dari seluruh Sifu se-Hong Kong. Di antara mereka yang paling berat adalah Sifu Hung Kuen (Samo Hung). Dalam pertarungan antara keduanya disimpulkan hasilnya seri. Meski demikian tak urung sikap Yip Man menimbulkan kesan kekaguman dalam diri Hung Kuen.

Kenyataan berikutnya adalah munculnya tantangan dari ahli beladiri Western Boxer bernama Twister kepada seluruh ahli beladiri lain di Hong Kong. Bahkan dalam satu pertarungannya, Twister berhasal menundukkan Sifu Hung Kuen hingga menemui ajal. Dan sebagaimana dalam film pertamanya di mana Yip Man harus menjadi orang yang menuntut balas atas kematian Sifu Liu yang dibunuh oleh Jenderal Miura, maka di film kedua ini Yip Man menjadi penuntut balas atas kematian Sifu Hung.

Dalam film kedua ini, Yip Man masih digambarkan sebagai seorang master kungfu yang sopan santun dan lemah lembut sebagaimana gambaran kental di film sekuel pertamanya juga, namun setiap lakon dalam hidupnya menunjukkan betapa keras kehidupannya. Tidak ada ide politik dan nasionalisme dalam sekuel kedua ini, namun pertarungan massal di tengah pasar digambarkan sebagai peristiwa yang harus dijalani oleh Yip.

Secara terang-terangan film ini berusaha keras menghindarkan kesan bahwa Yip Man adalah orang yang suka berbuat rusuh, namun beberapa peristiwa menunjukkan tanda tanya sebaliknya. Misalnya saja, ketika Yip dan muridnya A Leung dikeroyok puluhan orang di pasar ikan, kemudian perkelahian antara murid Wing Chun dengan murid Hung Kuen, dan pengusiran tempat latihan oleh masyarakat sekitar karena dianggap sering membawa keributan di kampong sekitar.

Yip Man tidak bisa bersembunyi dengan mengatakan bahwa biang keributan adalah ulah murid-muridnya yang nakal, atau budaya premanisme yang marak di Hong Kong tahun 1950an. Karena senyatanya salah satu muridnya, Bruce Lee, juga sering terlibat dalam perkelahian di jalanan.

Like father like son. Bruce Lee pun terlibat pertarungan dengan petinju dari barat (lihat film Bruce Lee My Brother). Bruce Lee juga berhasil mengembangkan bela diri Jet Kun Do yang berakar dari Wing Chun ini. Lalu apa mau dibilang kalau begitu? Hanyalah Naga yang bisa beranak Naga…..@