Senin, 10 Juni 2013

Antara Coboy Jr The Movie dan Tari Muda Mudi

Minggu ini ada acara khusus. Anakku yang SD ngajak nonton Cowboy Junior The Movie. Tak apalah sekali-sekali aku temani anakku nonton film yang tentunya di luar klasifikasiku. Ambil positifnya barangkali sembari nostalgia, flash back, ke masa dua puluh lima tahun yang lalu ketika aku masih menggemari film-film genre remaja. Sebut saja film Tari Muda Mudi yang dibintangi Rifky Voltus mengisahkan breakdance yang sedang hot-hotnya waktu itu.
Secara teknik perfilman tentunya besar sekali bedanya antara film Coboy Jr dengan Tari Muda Mudi. Tapi yang menarik disini dan ingin kubahas adalah background budaya dan cara pandang antara kedua film tersebut. Antara keduanya sudah pasti terdapat pengaruh budaya asing. Namun yang membedakan adalah, pada film Tari Muda Mudi kentara sekali bahwa pada masa 25 tahun yang lalu itu anak-anak muda sedang dibombardir dengan budaya barat. Musik dan lagu yang diputar dalam film itu hampir semuanya lagu barat, seperti: I just called to say I love you (Stevie Wonder), Hello (Lionel Richie), Zoolook (Jean Michel Jarre).

Meskipun kita semua mengakui kalau dekade 80an sampai 90an adalah puncaknya kualitas musikal dunia, tapi pada waktu bersamaan kita tidak bisa menafikan bahwa negeri kita memang sedang dibanjiri musik-musik dan budaya barat. Ditambah dengan sikap pemerintah kita yang masih tertutup pada waktu itu, generasi muda menyerap semua apa saja yang berbeda seperti kehausan budaya segar, mereka bosan dengan budaya yang itu-itu saja. Konser musik boleh dibilang langka bahkan tidak ada. Sekalinya ada, buat mereka itu sungguh luar biasa. Kebuntuan budaya itu ditebus dengan tarian pinggir jalan yang dinamakan breakdance. Saat itu generasi muda sedang mulai belajar mengeja A-B-C globalisme budaya.
Nah, kurang lebih sekitar 25 tahun kemudian muncul film remaja muda yang judul dan pemerannya sama yaitu Coboy Junior The Movie. Coboy Jr adalah kelompok vokal yang lahir dari rahim budaya boyband atas nama globalisme budaya. Meski tak sampai seperti Jepang dengan J-Popnya atau Korea dengan K-Popnya, Indonesia juga memiliki kelompok-kelompok yang mengakomodasi budaya A-Pop tersebut. Ada yang benar-benar berbakat seperti Coboy Jr, namun banyak pula yang hanya karbitan. Bedanya film ini adalah, Coboy Jr lahir di Indonesia tapi dari masyarakat yang telah mengadopsi budaya global sepenuhnya. Masyarakat kita sudah tidak canggung lagi mengadopsi budaya global seperti masa 80-an, mereka telah menjadi pelaku budaya sebenar-benarnya. Apa yang kita lihat dari film tersebut ya memang yang benar-benar eksis di masyarakat saat ini.
Bukti eksistensi itu adalah pada film Tari Muda Mudi secara eksplisit dihadapkan nilai kearifan lokal dengan budaya barat. Mana yang lebih unggul. Di film itu Rifky Voltus dilarang bermain breakdance dan harus ikut les privat untuk persiapan ujian. Tapi justru selama les privat itu dia terus mendengarkan lagu Hello melalui walkmannya. Dan kesimpulan guru lesnya, musik barat tidak berbahaya bagi anak-anak kita.
Akan halnya dengan Coboy Junior The Movie, di situ nampak para orang tua tidak pernah secara eksplisit menentang kegiatan bermusik anak-anak mereka. Mereka telah memiliki gambaran yang utuh tentang budaya global. Bahkan mereka memberikan guidance, bermusik yang bertanggung jawab, harus berusaha 1000%, dsb...dsb... Meskipun mencoba diselipkan nilai-nilai kearifan lokal di dalamnya, namun intinya tetap saja bahwa budaya global (yang bukan lagi milik barat) ini, yang telah kita adopsi selama ini, memang cocok dan sesuai dengan tata nilai dan prinsip-prinsip dasar keagamaan. Asalkan sholat tetep nomer satu, begitu kata ayah Iqbal....@

Tidak ada komentar:

Posting Komentar