Jumat, 17 Januari 2014

FILM SHAOLIN: KE KUIL SHAOLIN AKU KAN KEMBALI….

Ketika sedang berada di puncak kekuasaan, apa yang akan engkau lakukan? Dan ketika sedang terpuruk, ke mana pula engkau akan kembali? Karena kejahatan berasal dari hati. Keburukan hati hanya akan membawa pada penderitaan. Ketika engkau sedang dalam penderitaan dan nyaris putus asa, bisa saja sebenarnya engkau telah mendekati pada pencerahan. Ke kuil Shaolin pulalah engkau kan kembali…..

Adalah Jenderal Hou Chieh (Andy Lau) yang berhasil menaklukkan Kota Tengfeng di Propinsi Henan, tempat di mana kuil Shaolin berada. Jenderal Hou Chieh berkuasa setelah berhasil membunuh Jenderal Huo. Saat itu Republik China baru berdiri dan para Jenderal sibuk berebut kekuasaan. Saling tikam dan telikung selalu terjadi di antara para panglima perang. Dan pada akhirnya pihak asing pulalah yang akan memetik keuntungan.

Namun Hou Chieh berhasil bertahan berkat hatinya yang keras. Dalam suatu kesempatan Jenderal Hou berkata pada adiknya Tsao Man (Nicholas Tse) yang nota bene kapten dalam pasukannya:
“Kalau kau berada di puncak kekuasaan seperti aku, kau akan tahu bahwa kau harus melakukan sesuatu. Kalau kau ragu-ragu menembak maka kau sendiri yang akan mati.”

Dengan prinsip hidupnya yang keras, Jenderal Hou Chieh mempertahankan kekuasannya dan semakin memperluasnya hingga tak jarang menimbulkan kecemburuan di hati jenderal-jenderal lain. Termasuk salah satunya Jenderal Sung. Hingga tanpa sungkan-sungkan mengajak Jenderal Hou melangsungkan pertunangan anak mereka yang masih belia usianya.

Bukan hanya tradisi jaman modern saja, bahkan di masa peperangan sekalipun kadang anak-anak dijadikan pula sebagai media untuk mempertahankan kekuasaan. Jenderal Sung merasa tidak akan mampu menandingi kehebatan Jenderal Hou. Maka dengan mengawinkan anaknya dengan anak perempuan cantik bernama Nan itu, akan melimpahkan kekuasaan Jenderal Hou kelak pada waktunya.

Yang namanya jenderal tetaplah jenderal. Hou bisa membaca gelagat Jenderal Sung. Sebelum acara pertunangan dimulai, Jenderal Hou berkata kepada Tsao Man:
“Kau tahu mengapa Jenderal Sung tidak pernah menanyakan di mana harta karun China yang ada dalam peta Jenderal Huo berada? Padahal jelas-jelas ia tahu aku memilikinya. Itu karena ia menginginkan semuanya. Ia akan merebut semuanya dariku. Karena itu, bunuh Jenderal Sung dan anak buahnya besok di acara pertunangan itu. Hidupku tak akan tenang kalau ia masih hidup.”


Malang tak dapat ditolak, mujur tak dapat diraih. Di tengah acara pertunangan, tiba-tiba masuk anak buah Jenderal Sung membawa pesan bahwa akan ada penyerangan oleh Jenderal Hou. Sebuah pengkhianatan telah terjadi oleh Tsao Man. Lalu terjadilah penyerbuan yang akhirnya menewaskan Jenderal Sung dan pasukan di kedua belah pihak.

Nan, anak perempuan Jenderal Hou Chieh, terluka parah. Jenderal Hou mencoba menyelamatkannya. Setelah melalui adegan kejar-kejaran kereta kuda, layaknya adegan gesek-gesekan mobil modern, akhirnya Jenderal Hou dan putrinya terjerumus ke dalam jurang cadas yang terjal bersama kereta mereka.

Pagi harinya ketika tersadar, Jenderal Hou membawa putrinya yang terluka ke kuil Shaolin. Setelah beberapa waktu sebelumnya Jenderal Hou sempat membunuh Jenderal Huo yang meminta perlindungan di kuil Shaolin, bahkan Jenderal Hou Chieh sempat menistakan kuil, sekarang ia datang dengan memohon belas kasihan. Putrinya pun mendapat pertolongan, namun lukanya terlalu parah dan nyawanya tidak terselamatkan.

Tsao Man telah menjadi penguasa Tengfeng menggantikan dirinya. Tidak hanya itu, Tsao Man juga menjadikannya seorang buronan dengan tuduhan pengkhianatan terhadap negara. Di tengah kebingungan dan keterpurukannya di biara Shaolin itu Jenderal Hou justru mendapat pencerahan dari seorang juru masak kuil yang diperankan oleh Jackie Chan.

“Aku pernah belajar kungfu Shaolin sedikit, tapi aku tidak berbakat,” ucap koki kuil itu. “Karena hatiku kotor seperti hatimu. Lebih baik aku menjadi koki saja.”

Hati Jenderal Hou Chieh terperangah dan selanjutnya ia memutuskan untuk menjadi biarawan di kuil Shaolin. Dalam hatinya sangat yakin kalau Budha bisa menerima siapa saja yang datang dan mengetuk pintunya. Kejahatan berasal dari hati. Ia harus membersihkan hatinya. Atau ia akan menerima penderitaannya seumur hidupnya.

Maka sejak saat itu ia harus bisa belajar mencari pencerahan dari Budha. Bertingkah laku dengan Dharma. Dan mencari perlindungan pada Sangha. Lalu namanya pun berganti menjadi Ching Chieh.

* * *

Memiliki keberanian tanpa hati akan dengan mudah mengubahnya menjadi kejahatan. Kejahatan hanya akan membawa penderitaan. Sebaliknya kebaikan hati saja tanpa keberanian akan menjadi sia-sia. Seperti pepatah yang diucapkan Sang Sifu pemimpin kuil Shaolin kepada koki yang peragu:
“Mana yang lebih berharga, sepotong emas atau setumpuk lumpur?”
“Emas.”
“Untuk menumbuhkan benih?”
“Lumpur.”
“Pergilah keluar dari Shaolin agar dirimu lebih bermanfaat untuk orang banyak.”
Namun si koki malah terdiam tak berani beranjak.

Menguasai bela diri bukanlah suatu kejahatan apabila gerakannya berasal dari hati yang tulus dan bersih. Hanya dengan membebaskan hati dari kedengkian yang akan membawa pada kebahagiaan.

Koki yang penakut pun, dengan semangat yang dipompakan oleh Jenderal Hou Chieh yang telah mencapai pencerahan akhirnya berani memimpin rombongan pengungsi keluar dari kuil Shaolin. Bahkan ia mampu berkata, meski kuil Shaolin runtuh oleh senjata orang asing, namun kuil Shaolin tetap berdiri di hati kita semua.

Inilah kungfu dari kuil Shaolin. Dan inilah kebijaksanaan dari Budha……@

Tidak ada komentar:

Posting Komentar