Ketika sedang berada di puncak
kekuasaan, apa yang akan engkau lakukan? Dan ketika sedang terpuruk, ke mana
pula engkau akan kembali? Karena kejahatan berasal dari hati. Keburukan hati
hanya akan membawa pada penderitaan. Ketika engkau sedang dalam penderitaan dan
nyaris putus asa, bisa saja sebenarnya engkau telah mendekati pada pencerahan.
Ke kuil Shaolin pulalah engkau kan kembali…..
Adalah Jenderal Hou Chieh (Andy Lau)
yang berhasil menaklukkan Kota Tengfeng di Propinsi Henan, tempat di mana kuil
Shaolin berada. Jenderal Hou Chieh berkuasa setelah berhasil membunuh Jenderal
Huo. Saat itu Republik China baru berdiri dan para Jenderal sibuk berebut
kekuasaan. Saling tikam dan telikung selalu terjadi di antara para panglima
perang. Dan pada akhirnya pihak asing pulalah yang akan memetik keuntungan.
Namun Hou Chieh berhasil bertahan berkat
hatinya yang keras. Dalam suatu kesempatan Jenderal Hou berkata pada adiknya
Tsao Man (Nicholas Tse) yang nota bene kapten dalam pasukannya:
“Kalau kau berada di puncak kekuasaan
seperti aku, kau akan tahu bahwa kau harus melakukan sesuatu. Kalau kau
ragu-ragu menembak maka kau sendiri yang akan mati.”
Dengan prinsip hidupnya yang keras,
Jenderal Hou Chieh mempertahankan kekuasannya dan semakin memperluasnya hingga
tak jarang menimbulkan kecemburuan di hati jenderal-jenderal lain. Termasuk
salah satunya Jenderal Sung. Hingga tanpa sungkan-sungkan mengajak Jenderal Hou
melangsungkan pertunangan anak mereka yang masih belia usianya.
Bukan hanya tradisi jaman modern saja,
bahkan di masa peperangan sekalipun kadang anak-anak dijadikan pula sebagai
media untuk mempertahankan kekuasaan. Jenderal Sung merasa tidak akan mampu
menandingi kehebatan Jenderal Hou. Maka dengan mengawinkan anaknya dengan anak
perempuan cantik bernama Nan itu, akan melimpahkan kekuasaan Jenderal Hou kelak
pada waktunya.
Yang namanya jenderal tetaplah jenderal.
Hou bisa membaca gelagat Jenderal Sung. Sebelum acara pertunangan dimulai,
Jenderal Hou berkata kepada Tsao Man:
“Kau tahu mengapa Jenderal Sung tidak
pernah menanyakan di mana harta karun China yang ada dalam peta Jenderal Huo
berada? Padahal jelas-jelas ia tahu aku memilikinya. Itu karena ia menginginkan
semuanya. Ia akan merebut semuanya dariku. Karena itu, bunuh Jenderal Sung dan
anak buahnya besok di acara pertunangan itu. Hidupku tak akan tenang kalau ia
masih hidup.”
Malang tak dapat ditolak, mujur tak
dapat diraih. Di tengah acara pertunangan, tiba-tiba masuk anak buah Jenderal
Sung membawa pesan bahwa akan ada penyerangan oleh Jenderal Hou. Sebuah
pengkhianatan telah terjadi oleh Tsao Man. Lalu terjadilah penyerbuan yang
akhirnya menewaskan Jenderal Sung dan pasukan di kedua belah pihak.
Nan, anak perempuan Jenderal Hou Chieh,
terluka parah. Jenderal Hou mencoba menyelamatkannya. Setelah melalui adegan
kejar-kejaran kereta kuda, layaknya adegan gesek-gesekan mobil modern, akhirnya
Jenderal Hou dan putrinya terjerumus ke dalam jurang cadas yang terjal bersama
kereta mereka.
Pagi harinya ketika tersadar, Jenderal
Hou membawa putrinya yang terluka ke kuil Shaolin. Setelah beberapa waktu
sebelumnya Jenderal Hou sempat membunuh Jenderal Huo yang meminta perlindungan
di kuil Shaolin, bahkan Jenderal Hou Chieh sempat menistakan kuil, sekarang ia
datang dengan memohon belas kasihan. Putrinya pun mendapat pertolongan, namun
lukanya terlalu parah dan nyawanya tidak terselamatkan.
Tsao Man telah menjadi penguasa Tengfeng
menggantikan dirinya. Tidak hanya itu, Tsao Man juga menjadikannya seorang
buronan dengan tuduhan pengkhianatan terhadap negara. Di tengah kebingungan dan
keterpurukannya di biara Shaolin itu Jenderal Hou justru mendapat pencerahan
dari seorang juru masak kuil yang diperankan oleh Jackie Chan.
“Aku pernah belajar kungfu Shaolin
sedikit, tapi aku tidak berbakat,” ucap koki kuil itu. “Karena hatiku kotor
seperti hatimu. Lebih baik aku menjadi koki saja.”
Hati Jenderal Hou Chieh terperangah dan
selanjutnya ia memutuskan untuk menjadi biarawan di kuil Shaolin. Dalam hatinya
sangat yakin kalau Budha bisa menerima siapa saja yang datang dan mengetuk
pintunya. Kejahatan berasal dari hati. Ia harus membersihkan hatinya. Atau ia
akan menerima penderitaannya seumur hidupnya.
Maka sejak saat itu ia harus bisa
belajar mencari pencerahan dari Budha. Bertingkah laku dengan Dharma. Dan
mencari perlindungan pada Sangha. Lalu namanya pun berganti menjadi Ching
Chieh.
* * *
Memiliki keberanian tanpa hati akan
dengan mudah mengubahnya menjadi kejahatan. Kejahatan hanya akan membawa
penderitaan. Sebaliknya kebaikan hati saja tanpa keberanian akan menjadi
sia-sia. Seperti pepatah yang diucapkan Sang Sifu pemimpin kuil Shaolin kepada
koki yang peragu:
“Mana yang lebih berharga, sepotong emas
atau setumpuk lumpur?”
“Emas.”
“Untuk menumbuhkan benih?”
“Lumpur.”
“Pergilah keluar dari Shaolin agar
dirimu lebih bermanfaat untuk orang banyak.”
Namun si koki malah terdiam tak berani
beranjak.
Menguasai bela diri bukanlah suatu
kejahatan apabila gerakannya berasal dari hati yang tulus dan bersih. Hanya
dengan membebaskan hati dari kedengkian yang akan membawa pada kebahagiaan.
Koki yang penakut pun, dengan semangat
yang dipompakan oleh Jenderal Hou Chieh yang telah mencapai pencerahan akhirnya
berani memimpin rombongan pengungsi keluar dari kuil Shaolin. Bahkan ia mampu
berkata, meski kuil Shaolin runtuh oleh senjata orang asing, namun kuil Shaolin
tetap berdiri di hati kita semua.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar