Selasa, 30 Agustus 2011

LITTLE BIG SOLDIER

Little Big Soldier adalah sebuah film ber-genre perang dengan latar belakang China di masa kegelapan. Disutradarai oleh Sheng Ding dan screenplay ditulis oleh Jackie Chan. Namun tidak seperti layaknya film perang Asia lainnya baik itu di China, Jepang maupun Korea di abad pertengahan, film ini sarat dengan pesan kemanusiaan. Bukan hanya menyajikan adegan gebuk dan tusuk semata, namun hampir 80% film justru bercerita tentang falsafah hidup dari seorang petani yang sederhana yang karena keadaan terpaksa maju berperang untuk negaranya.

Adalah seorang prajurit desertir (Jackie Chan) dari negara Liang yang selamat dari peperangan dahsyat yang terjadi antara pasukan negara Liang dan Wei. Seluruh pasukan tewas termasuk jenderalnya. Selain si prajurit, orang kedua yang selamat adalah Jenderal negara Wei (Leehom Wang). Namun jenderal negara Wei ini terluka sangat parah dan ini menjadikan sebuah kesempatan bagi si prajurit untuk membawa sang jenderal sebagai tawanannya.

Singkat cerita si prajurit Liang mencoba membawa jenderal tawanannya menuju negara Liang. Berbagai kesulitan mereka temui sepanjang perjalanan. Si prajurit adalah orang yang tidak memiliki latar belakang militer. Sejatinya dia adalah anak dari keluarga petani yang terpaksa ikut berperang karena keadaan yang memaksanya ikut militer. Tak ada keahlian khusus darinya yang bisa digunakan untuk berperang, oleh karenanya dengan sedikit "licik" dia berhasil menyelamatkan diri dari kematian di medan perang. Bisa dibayangkan betapa berbahayanya dia membawa tawanan seorang jenderal yang nota bene dilahirkan untuk berperang.

Tapi inilah uniknya dari film ini. Selama perjalanan mereka berdua menuju Liang, sang jenderal bukannya diam saja, dia juga berusaha untuk melarikan diri atau bahkan mencelakakan si prajurit. Tetapi selalu saja terjadi coincidence yang menyebabkan mereka selalu bersama. Misalnya saja, ketika sang jenderal berhasil mencekik leher si prajurit dan hampir mati, tiba-tiba muncul beruang yang memaksa keduanya berdiam diri untuk tidak bergumul atau akan diserang oleh beruang.

Di lain waktu sang jenderal berhasil melarikan diri dari si prajurit, namun keduanya bertemu kembali ketika mereka secara tidak sengaja tertangkap oleh suku liar pemburu manusia untuk dijadikan budak belian. Uniknya, di situasi yang sulit ini si prajurit memaksa sang jenderal bekerja sama dengan kalimat: "Di dalam wajan, elang dan ayam akan tampak sama saja". Lalu mereka berdua berhasil melarikan diri bersama-sama.

Dalam setiap kesempatan sang jenderal selalu merayu si prajurit untuk berpihak kepadanya. Kalau saja si prajurit mau ikut ke negara Wei, maka dia akan memberikan sawah yang luas bagi si prajurit. Namun alangkah kagetnya sang jenderal ketika mendengar jawaban dari prajurit:
"Aku tak akan mampu mengolah tanah seluas itu, aku hanya perlu 1/15 hektar yang akan kutanami gandum atau padi. Menurutmu mana yang lebih baik gandum atau padi?"
"Beras" sahut sang jenderal.
"Bodoh sekali, beras itu ya padi?!"
Begitulah hubungan keduanya berjalan seiring perjalanan mereka. Jenderal yang terkenal berhati keras mulai belajar kearifan.
"Kalau saja kalian tidak berperang tentunya kami bisa menanam padi dengan tenang dan tidak harus ikut berperang"
"Kalau semua negeri sudah berhasil ditaklukkan, barulah perdamaian bisa tercipta."
"Tapi ayahku bilang: salah satu dari kami harus pulang, kedua kakakku sudah mati akibat perang ini. Harus ada yang mengolah sawah 1/15 hektar kami."
"Kalau saja kau yang berada di posisiku, tentunya kau bisa menjadi raja yang baik."
"Ayahku bilang: menjadi hidup saja sudah luar biasa."

Puncak kearifan sang jenderal tercapai ketika dia bertemu dengan adik kandungnya yang berambisi menjadi putra mahkota menggantikan kakaknya. Kedatangannya mencari sang jenderal hanya untuk memastikan bahwa kakaknya benar-benar sudah meninggal. Di sinilah muncul ucapan bijak sang jenderal.
"Aku akan ikut orang ini ke Liang. Meskipun engkau adikku tapi engkau menginginkan aku mati. Sedangkan orang ini meskipun ia musuhku, dia menginginkan aku hidup."

Pada akhirnya perjalanan menuju Liang ditempuh dengan menggunakan jalur sungai. Sampailah sampan di dermaga yang berkabut. Dengan hati-hati si prajurit menambatkan sampannya di dermaga kayu. Dibukanya bungkusan yang selama ini melilit pinggangnya. Ketika dibuka ternyata bungkusan itu berupa bendera lambang negara Liang. Dan sang jenderal pun berdecak kagum "Aku telah meremehkanmu selama ini. Kupikir aku orang yang terakhir menegakkan bendera Wei. Ternyata masih ada kamu dengan bendera Liang."
Lalu secepat kilat si prajurit bergerak menghunus pedang menuju sang jenderal yang masih duduk di sampan dengan tangan terikat. Dengan pedangnya si prajurit memotong tali ikatan di tangan jenderal.
"Pergilah kau. Pergilah sekarang sebelum aku berubah pikiran." Lalu didorongnya sampan ke tengah sungai. Jenderal pun memandang tertegun setengah tak percaya. Lalu jenderal mulai mengayuh sampan menjauhi dermaga sembari berjanji menjaga perdamaian.

Lalu si prajurit pengecut itu berdiri di dermaga dengan baju perang lengkap dan di tangan kanannya berdiri tegak bendera negara Liang berwarna biru tua. Kabut masih menyelimuti dermaga di pagi itu. Di wajahnya nampak senyum puas dan bangga serasa dia telah menyelesaikan tugasnya menjaga perdamaian negeri China.

Malang tak dapat ditolak, mujur tak dapat diraih. Kabut di dermaga perlahan-lahan tersingkap dan pemandangan di hadapannya yang tampak adalah negara Liang telah habis binasa oleh pasukan negara Qin. Ribuan pasukan Qin berdiri di hadapannya. Si prajurit pengecut meneriakkan pesan-pesan perdamaian. Tapi malah disambut dengan anak panah pasukan Qin. Dadanya tertancap anak panah. Tapi prajurit pengecut telah berubah menjadi patriot pemberani. Dia tidak lari. Dia tetap memegang teguh bendera Liang di tangan kanan. Dia teriakkan lagi pesan perdamaian. Sekali lagi. Seketika itu puluhan anak panah pasukan Qin menghunjam dada dan perutnya.....@

Tidak ada komentar:

Posting Komentar